December 17, 2006

Dobriy Vecher!

Sekarang saya sedang menunggumu disini ditemani sebungkus rokok putih dan sebotol teh dingin. Menunggu sebenarnya bukan sifat saya. Tapi demi kamu - ya! demi kamu - saya rela melepaskan ego saya demi melihat kamu tersenyum dan berbicara pada saya.
Orang-orang berlalu lalang di depan saya tapi kamu belum juga datang. Saya heran, apa yang membuat saya terus menunggumu. Senyum? Tawa? Gaya bicaramu? Atau dirimu seutuhnya? Ya. Semua yang ada dalam dirimu membuat saya tetap berada di sini. Hanya berdiam diri sambil mengamati setiap orang yang datang. Terus berharap bahwa kamu akan datang malam ini. Sama seperti lima hari yang lalu ketika saya datang ke sini.
Harga diri saya sudah pergi entah kemana. Meninggalkan saya sendiri. Terbang melayang bagaikan asap yang terus menerus terhembus dari mulut hitam saya. Yang tersisa hanyalah sekelumit rasa yang pernah ada beberapa tahun lalu yang sekarang saya rasakan lagi. Menari-nari dengan riang di depan mata. Pertama kali kamu mendekat. Pertama kali menyamakan langkah. Pertama kali mencium..
Menit berlalu. Kamu masih belum juga datang. Dan saya dengan bodohnya tetap menunggu. Mungkin ini yang namanya pengorbanan. Suatu pengorbanan entah apa bentuknya. Apakah itu kubus, kerucut, atau jajaran genjang. Semuanya mengabur. Yang terlihat hanyalah sosokmu. Saya tahu semua ini sia-sia belaka. Tidak ada keuntungan yang dapat saya ambil. Memilikimu. Menyentuhmu. Seperti dulu.
Saya masih disini. Menunggumu.
Selamat malam!

3 comments:

wadehel said...

Mungkin pengorbanannya kurang parah.
Gimana kalau... Berhenti merokok?
Menurut saya itu pengorbanan yang tidak semua orang bisa :D *joke*

Salam!

ule said...

well.. masalahnya rokok sudah menjadi teman setia saya selama ini. Untuk membuangnya begitu saja sepertinya saya tidak tega. Salam kenal!

Anonymous said...

stop smoking is not an idea! Not a good idea at least. its like giving up your right hand.

You're not a lefty, are u?

:D